Pagi itu, 11 Mei 2022, bukan cuma langit Bandung saja yang dibungkus awan kelabu. Niat kami untuk pergi juga senasib, perlahan diliputi oleh ragu.
Tidak ada kepastian yang kunjung datang, hingga akhirnya mau tak mau kamilah yang harus menjemputnya.
Destinasi Tempo Hari
Teringat ketika saya mengunjungi Bandung lima tahun silam. Masih ke tempat yang sama, Lembang. Tapi juga dengan satu kendala sama: waktu yang hanya sedikit.
Tak ingin membuang waktu, kami segera tancap gas. Pergi …
***
Sial. Waktu yang sedari awal memang hanya sedikit, kini kembali dipersempit. Kawan saya dikabari oleh pamannya kalau surat yang beliau serahkan ke kami semalam adalah surat bukti pajak, bukan STNK.
Selama di Bandung, kami berdua meminjam motor beliau untuk bepergian. Berbeda dengan lima tahun sebelumnya yang, karena di antara kami belum ada yang punya SIM, terpaksa harus ke mana-mana naik angkot.
Kami berdua mengiyakan, dan lalu kembali menuju rumah beliau.
***
Singkat cerita, urusan selesai. Di atas sana, matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri.
Dan di antara lalu lintasnya yang mulai memadat, kami membelah jalanan Kota Kembang untuk kemudian pergi menuju destinasi yang sudah lama ingin saya kunjungi: Tangkuban Perahu.
Mendaki “Puncak” Gunung
Setengah jam lebih melintasi jalanan kota, kami sekarang mulai naik. Melewati gerbang kawasan wisata, membayar tiket, lalu kembali jalan.
Kami dipandu oleh Maps di sepanjang perjalanan menuju puncak. Sama-sama naik, tapi rasanya berbeda dari jalan yang pernah kami lalui lima tahun silam.
Saya ingat betul kala itu ada sebuah perempatan kecil. Kalau lurus terus, ke arah Lembang; kalau belok kiri, baru ke Tangkuban Perahu.
Bagaimanapun, motor tetap melaju. Mendaki jalannya yang meliuk-liuk dan cukup menanjak, dengan udara segar khas daerah dataran tinggi, tapi juga dengan bau belerang yang semakin tercium ketika kami semakin naik.
Perjalanan ini mengingatkan saya sewaktu mengunjungi wisata daerah dataran tinggi, seperti Kaliurang di Yogyakarta, Guci di Tegal, Baturaden di Purwokerto, Dieng, juga Kopeng di Salatiga.
Kalian yang sudah pernah mengunjunginya pasti juga sangat familiar dengan suasana dataran tinggi semisal ini.
Dan beberapa menit kemudian, sampai juga kami di “puncak”-nya.
Ramai. Suasana lebaran masih terasa. Para manusia dari luar daerah bisa dikenali dengan mudah lewat bahasa serta logat mereka.


Kami belum turun dari motor, masih berjalan pelan guna mencari tempat parkir motor. Dan begitu ketemu (letaknya agak menjorok ke bawah), kami segera memarkirkannya.

Dari sini, spot utama dari Gunung Tangkuban Perahu, yakni kawahnya, belum terlihat. Kita harus menapaki sekian anak tangga yang berada di tepiannya, baru kemudian bisa melihat kawahnya.
Suasana di sini bisa dibilang mirip-mirip Dieng dengan Kawah Sikidang-nya.
Bedanya, Dieng adalah daerah dataran tinggi yang luas, sedangkan di sini lebih seperti puncak berupa tanah yang landai.
Sekarang, tiba saatnya menapaki anak tangga dan melihat kawah.

Agak susah memilih mana foto kawah yang paling bagus, tapi semoga ini cukup.

Oh, ya, buat kalian yang ingin ke sini dan melihat kawahnya, sebaiknya datanglah pagi-pagi karena menjelang siang biasanya sudah mulai berkabut.
***
Sebelum ke Bandung, sebenarnya saya sudah membuat daftar destinasi yang ingin dikunjungi.
Namun, melihat waktu yang lagi-lagi, untuk kedua kalinya, terbatas, akhirnya saya memilih destinasi lima tahun silam saya sebagai destinasi utama.
Semoga besok-besok ada lebih banyak waktu, ya.

Tertarik melengkapi checklist di atas?
Ayo, main ke Bandung!
Suvenir Oleh-Oleh Tangkuban Perahu
—
Kalian punya rekomendasi tempat wisata alam di Bandung yang menarik untuk dikunjungi? Sudah pernah ke sana?
Klik di sini biar traveler lainnya juga bisa ikut baca cerita kalian!
Informasi, Lokasi, dan Ulasan Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu
Alamat | Cikahuripan, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat |
Jam Buka | Senin—Minggu: 07.00—17.00 |
Harga Tiket Masuk | |
Wisatawan Pribumi: Rp20.000 (hari biasa) | Rp30.000 (hari libur) | |
Wisatawan Mancanegara: Rp200.000 (hari biasa) | Rp300.000 (hari libur) | |
Parkir | |
Motor: Rp12.000 (hari biasa) | Rp14.500 (hari libur) | |
Mobil: Rp25.000 (hari biasa) | Rp30.000 (hari libur) | |
Bus: Rp110.000 (hari biasa) | Rp125.000 (hari libur) |
Kalau kalian membutuhkan informasi lengkap seputar Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, langsung saja kunjungi situs resminya.
Kalian bisa melihat ulasan saya beserta foto-foto Gunung Tangkuban Parahu di sini.
Terima kasih infonya Mas, Sangat lengkap dan jelas sekali uraiannya. Dulu pernah dapet info tingkat pungli disana cukup menggangu para wisatawan, tapi setelah baca uraiannya sepertinya sudah tertata rapih. Bakal jadi next trip bareng keluarga nanti hehe
sama-sama, mas. hehe.. iya, alhamdulillah
itu waktu marak-maraknya pungli pas tahun berapa, mas? iya, alhamdulillah sekarang sudah mudah aksesnya
hehe.. sep2, gas, mas. Semoga lancar perjalanannya