Sama seperti biasanya, jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, kami sekeluarga sudah mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk liburan, termasuk tempat di mana kami akan menginap.
Kembali ke Pangandaran, kali ini kami ingin mencoba salah satu hotelnya, Hotel Menara Laut.
Pengalaman yang Berbeda di Setiap Kunjungan
Kalau tidak salah ingat, liburan kali ini sepertinya menjadi kali keempat (atau kelima; saya sendiri juga masih belum yakin) saya bermain ke Pangandaran.
Dan, ya, sebelumnya saya selalu silaturahmi dulu di tempat simbah, di Maos, Kab. Cilacap. Sudah seperti agenda rutin liburan, meski tidak selalu dan baru akhir-akhir ini saja, yaitu bermain ke Pangandaran.
Sebelumnya, ketika main ke Pangandaran bersama teman-teman, di sana kami hampir saja menggembel. Namun, meski begitu, itu tetap menjadi sebuah pengalaman yang seru bagi kami. Sulit untuk melupakannya.
Nah, karena sekarang saya berangkat bersama keluarga, bahkan keluarga besar, isi dompet saya jadi bisa lebih ter-cover. Beda ketika saya hampir menggembel. Maklum, bujang.
Kendati demikian, di setiap kunjungan yang saya lakukan, semuanya selalu menghadirkan pengalaman yang berbeda. Sebagaimana yang akan saya ceritakan nanti.
Ingin Menatap Laut di Atas Menara Laut
Alasan kenapa keluarga saya memilih Hotel Menara Laut sebagai tempat menginap ketika liburan di Pangandaran adalah, karena dari atapnya kita bisa menatap indahnya laut Pangandaran yang membentang, tanpa terhalang apa pun.
Singkat cerita, setelah sehari sebelumnya kami menginap di rumah simbah, kami tiba juga di Hotel Menara Laut pada Kamis, 24 Juni 2021.
Sama seperti hotel lainnya, check-in dilakukan sekitar pukul satu atau dua siang.
Menurunkan barang bawaan dari mobil, beres-beres ini itu, lalu masuklah kami semua yang waktu itu rombongan dua mobil, menuju kamar masing-masing.
Sore istirahat, barulah menjelang pukul 5 kami semua menuju balkon paling atas di Hotel Menara Laut, apalagi kalau bukan untuk menatap indahnya laut Pangandaran.


Berinisiatif Memulai Perjalanan Seorang Diri
Esoknya, hari berjalan begitu cepat. Tidak ada yang spesial. Kami memang mengunjungi sebuah pantai dengan pemandangan yang cukup indah, Pantai Batu Hiu, tapi tidak ada sesuatu yang bisa saya ceritakan ketika di sana.
Barulah pada sore harinya, saat kami semua sudah tiba kembali di hotel, saya berinisiatif memulai perjalanan saya seorang diri.
Pukul 3, saya bersiap.
Cukup membawa hp dan dompet. Saya berjalan sendirian menuju pesisir Pantai Pangandaran. Jalan-jalan sore sambil mengamati sekitar.
Sepanjang jalan itu, saya mencari-cari para joki kapal (atau apalah namanya) yang biasanya mengantarkan para wisatawan menuju Pantai Pasir Putih Pangandaran.
Sayang, karena masih pandemi, Pangandaran di hari itu lumayan sepi, bahkan aktivitas perahu-perahu yang biasanya hilir mudik mengantar dan menjemput para wisatawan pun tidak ada.
Namun, tak lama, dari kejauhan saya melihat satu orang joki kapal yang juga sedang berjalan di pantai. Hanya dia seorang yang saya temui. Saya pun mendekatinya, menyapa, mengobrol sedikit, lalu mulai menegosiasikan harga untuk naik perahu.
Di bagian ini ada cerita menarik.
Hari itu, lagi-lagi karena pandemi, si bapak joki ini sudah dari pagi belum narik.
Awalnya saya hanya minta diantar menuju Pantai Pasir Putih untuk sekadar snorkeling. Namun, kata si bapak, kalau hanya ke situ, tanggung. Beliau bukannya tidak mau, tapi karena memang perahunya sudah seharian ini menepi, belum dipakai.
Maksud beliau, tanggung karena butuh beberapa orang sendiri untuk menarik perahunya ke laut, jadi seperti sayang saja kalau hanya dipakai menyeberang (karena jaraknya yang dekat).
Saya paham.
Akhirnya, saya setuju dengan tawaran si bapak: berlayar jauh ke selatan hingga ujung Pantai Timur, barulah ketika kembali nanti, tinggal snorkeling.
Biayanya, karena saya menyewa perahunya seorang diri, Rp350.000. Itu sudah termasuk snorkeling (harus, enak saja belum).
Menghabiskan Waktu Senja Bersama Nelayan Pangandaran
Sungguh di luar dugaan. Ini benar-benar pengalaman baru bagi saya. Menyambangi titik-titik terjauh di kawasan Pantai Pangandaran.
Sambil mengobrol, si bapak juga memberi tahu nama tempat-tempat yang kami lalui, seperti air terjun dan lokasi penyelaman untuk memancing lobster. Yang menakjubkan juga, karena merupakan nelayan setempat, beliau juga hafal kedalaman laut di titik-titik yang kami lewati. Itu hebat.
Singkat cerita, sudah setengah jam lebih saya snorkeling dan sekarang waktunya kembali.
Dan inilah bagian terbaiknya.
Di atas perahu, sembari mengobrol tentang banyak hal, mulai dari cerita hidup, curhatan di masa pandemi, hingga lokasi rumah Bu Susi, kebetulan tak jauh dari tempat kami melintas terdapat sekumpulan nelayan, dengan sekian banyak perahu tentunya, yang sedang memancing.
Entah bagaimana mereka melakukannya, tapi yang jelas, mereka melakukan semua aktivitas, termasuk masak, makan, dan mandi, di atas perahu masing-masing.
Bagi orang kota seperti saya, itu jelas sesuatu yang menarik dan membuat penasaran.
Lalu, di mana bagian terbaiknya?
Pemandangannya, bung!
Sore itu langit cerah dan ombak juga tenang. Di ufuk barat, matahari perlahan menuju tempat peraduannya; sama seperti kami yang juga perlahan menuju tempat berlabuhnya di pantai.
Dan ini salah satu foto yang saya ambil.

Sebenarnya ada juga videonya, tapi entah saya lupa menyimpannya di mana.
Masih Bingung Mau Menginap Di Mana?
Oh, ya, satu lagi yang lumayan menarik.
Jadi, awal kami berlayar, si bapak sempat bertanya di mana kami menginap.
Ketika saya bilang kalau saya menginap di Hotel Menara Laut, si bapak mengangguk, seakan setuju. Katanya, hotel yang paling bagus pemandangannya ya memang di situ. Juga Hotel Menara Laut adalah hotel bintang empat, mungkin itu yang jadi nilai lebihnya. Padahal, harga per kamarnya terhitung murah. Mungkin standar harga hotel di Pangandaran memang segitu, ya? Haha … entahlah.
Yang jelas, bahkan nelayan sekalipun sudah mengakui kalau Hotel Menara Laut adalah hotel dengan pemandangan terbaik di Pantai Pangandaran. Di samping itu, lokasinya juga strategis, tepat berada di tengah area pantai, tapi bukan di lokasi yang padat dan ramai.
Intinya, sangat nyaman untuk menginap.
Jadi, bagaimana, masih bingung mau menginap di mana saat berlibur di Pangandaran?
Karena lumayan banyak, foto-foto dan ulasan tentang Hotel Menara Laut saya letakkan di bagian akhir artikel ini.
—
Kalian punya rekomendasi tempat menginap lain di Pangandaran? Di mana?
Klik di sini biar traveler lainnya juga bisa ikut baca cerita kalian!
Selamat berlibur! #StaySafe
Informasi, Lokasi, dan Ulasan Hotel Menara Laut Pangandaran
Alamat | Jl. Bulak Laut, Pantai Barat, Pamugaran, Pananjung, Kec. Pangandaran, Kab. Pangandaran, Jawa Barat – 46396 |
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, kalian bisa mengunjungi situs resminya di sini.
Berikut ulasan ringkas saya tentang Hotel Menara Laut di Google.
Menarik, akan dicek kalau main ke Pangandaran, mumpung dekat dari (pusat kota) Ciamis, ya 2-3 jam ding hahaha.
Iya, mas, coba aja. Itu saya juga kemaren malah baru tau kalo Pak Jokowi sama Pak Ridwan Kamil pernah nginep situ.
2-3 jam yo marem tho, mas. Sampe lokasi tinggal tepar di hotel, haha..