Terlihat menarik, bukan?

Ya, foto itulah yang membuat saya dan Saiful untuk mulai mendokumentasikan seluruh perjalanan kami.

Meski bukan perjalanan pertama, setidaknya sejak hari itulah kami mulai sungguh-sungguh untuk mencatat dan mengingat semua perjalanan yang akan kami lalui.

Bermula dari Rasa Penasaran

Saya lumayan kaget ketika mengetahui bahwa lokasi foto tersebut berada di Jogja. Sebab, setahu saya, tidak ada bukit yang setinggi itu di Jogja. Dari situ saya pun sadar, ini semua akibat kurang piknik!

Jumat, 19 Oktober 2019.

Singkat cerita, Saiful telah tiba di Jogja pada H-1 keberangkatan, setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam dari Kota Tembakau, Temanggung.

Pagi yang dinanti akhirnya datang juga.

Karena tempat yang akan kami kunjungi ini lumayan pelosok dan besar kemungkinan akan menghabiskan baterai ponsel, powerbank rasanya memang tidak boleh lupa untuk dibawa.

***

Perjalanan sejauh ini masih terasa mulus.

Kalian yang akan mengunjungi tempat ini pun sepertinya juga begitu, tak ada halangan berarti selama di perjalanan. Bahkan, luasnya hamparan persawahan khas pemandangan antarprovinsi masih bisa kalian nikmati. Namun, semuanya berubah ketika kita mulai memasuki Jl. Suroloyo.

Ya, destinasi atau tempat wisata yang akan kami kunjungi ini merupakan puncak dari Perbukitan Menoreh yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Puncak Suroloyo namanya.

Jika kalian naik motor, mungkin tak terlalu menjadi masalah. Berbeda halnya jika kalian naik mobil; selain karena jalannya yang menanjak dan tikungannya yang tajam, lebar jalannya hanya sekitar tiga meter. Jadi, siapa pun yang akan jadi sopir, ia harus benar-benar terampil.

tanjakan dan tikungan menuju Puncak Suroloyo
tanjakan dan tikungan menuju Puncak Suroloyo

Jalan yang Menanjak dan Menikung

Satu hal yang membuat kami sangat tersiksa adalah tanjakannya. Motor saya itu joknya single seat, yang idealnya memang tidak untuk berboncengan.

Dengan membawa sebuah ransel besar di punggung, lengkap sudah penderitaan kami selama “pendakian” menuju Puncak Suroloyo. Tidak ada tempat yang paling nyaman dan tidak ada bokong yang tidak melorot. Yang menyopir, ia harus menjadi pegangan; sedangkan yang membonceng, ia harus membawa tas besar di punggungnya. Memang berat dan terlihat konyol, tapi itu sungguh sangat berkesan bagi kami berdua, haha.

Jalan yang kami lalui semakin menanjak dan juga masih berkabut, meski jam saat itu sudah menunjukkan sekitar pukul 8.

Dari rumah, kami sengaja berangkat agak pagi supaya lebih bisa menikmati perjalanan dan tidak terlalu terburu-buru, juga agar tidak kesorean ketika pulang.

Walaupun matahari sudah beranjak naik, udara di sini masih sejuk, khas sejuknya udara daerah dataran tinggi.

Untuk kalian yang naik mobil, mungkin tips “basi” tapi ampuh ini akan sangat berguna: matikan AC mobil kalian, untuk menghemat tenaga.

Nirjaringan

Selain bokong yang terus melorot sedari tadi, ada masalah lain yang kami jumpai: tidak ada sinyal. Wajar saja, di tempat pelosok seperti ini. Akhirnya, Google Maps yang memandu kami selama di perjalanan, kami matikan. Begitu pula dengan koneksi data ponsel, kami matikan juga sembari men-charge-nya. Beruntung saat itu kami sudah semakin dekat dengan Puncak Suroloyo.

Sebenarnya, Google Maps kala itu tak sepenuhnya berjasa kepada kami. Layaknya cerita tentang orang-orang yang pernah kesasar karena aplikasi navigasi, kami pun demikian. Intinya, modal petunjuk arah dan naluri saja.

Bukit Kendil - Puncak Suroloyo
Bukit Kendil – Puncak Suroloyo

Waktu itu kami sudah sampai di Bukit Kendil, yang sempat kami kira itu adalah Puncak Suroloyo.

Melihat ada rumah yang masih tampak “hidup” tepat di bawahnya, saya mencoba untuk bertanya kepada penghuni rumah tersebut.

Sebelumnya sempat terselip rasa heran di benak kami: di tempat sepelosok ini, ternyata masih ada saja kehidupan.

Sesaat setelah menyalami rumah tersebut, keluarlah waktu itu seorang perempuan. Kemudian, setelah saya bertanya kepadanya, ditunjukkanlah arah menuju kawasan wisata Puncak Suroloyo yang alhamdulillah sudah dekat.

“Ini tinggal lurus saja,” katanya ramah.

Tiba di Kawasan Wisata Puncak Suroloyo

Rasa puas itu akhirnya datang juga begitu gerbang masuk menuju kawasan wisata Puncak Suroloyo terlihat di depan mata.

Untuk saya sendiri, saya justru lega karena ternyata, tak jauh dari gerbang masuk tersebut, ada pom mini dan sahabat karibnya, warung kelontong. Rute menuju kawasan wisata Puncak Suroloyo yang membuat motor saya “ngos-ngosan”, mau tak mau membuat saya harus mengisi bensin.

Kalian pun, jika ingin ke sini, sebaiknya isi bensin kendaraan kalian sampai penuh, untuk berjaga-jaga saja.

Sembari menunggu tangki terisi penuh, saya sempat bertanya dan sedikit mengobrol dengan pemilik pom ini; dan yang membuat kami terkejut adalah ketika si bapak, mengatakan bahwa ia harus turun sejauh kira-kira 50-an km untuk sekadar mengisi ulang pom mininya!

pom mini di Puncak Suroloyo
pom mini di Puncak Suroloyo

Tiba di kawasan wisata Puncak Suroloyo yang belum dikunjungi seorang pun pagi itu (dan bisa masuk gratis, hehe), tak lantas membuat kami bingung.

Fasilitas dasar yang disediakan di sini tergolong sudah cukup untuk sekadar rehat dan bersantai: mushala, warung makan, dan tempat parkirnya pun bisa dibilang lumayan luas. Terlebih, ada kedai kopi yang terlihat menonjolkan diri di sebelah peta kawasan wisata Puncak Suroloyo.

Kedai Kopi Puncak Suroloyo
kedai kopi
biaya masuk kawasan wisata Puncak Suroloyo
biaya masuk
kawasan wisata Puncak Suroloyo
foto halaman depan

Menanjak Lagi …

Dan sekarang, tiba saatnya untuk menaiki tangga menuju Puncak Suroloyo yang katanya berjumlah sekitar 200 atau 300 anak tangga itu. Rasanya ingin segera sampai di atas, demi memuaskan rasa penasaran saat pertama kali melihat fotonya.

anak tangga Puncak Suroloyo

***

Yak! Di puncak ini—entah namanya apa, katanya ada tiga puncak—rasa penasaran kami terjawab sudah. Hari itu kami memang sepertinya kurang beruntung; kabut yang menebal dan awan yang mulai mendung. Tak ada pemandangan keren ala Instagram yang bisa kami lihat dari puncak ini.

Seperti cerita yang disebutkan dalam legenda setempat, di puncak itu kami juga mematung. Bukan untuk bertapa, tapi karena memang tak banyak yang bisa dilakukan. Di situ, saya mencoba untuk mengambil foto di beberapa sudutnya, sedangkan kawan saya, karena bingung mau melakukan apa lagi, akhirnya memilih bermain game perang-perangan, OFFLINE pula!

mendung di Puncak Suroloyo
larangan membuang sampah sembarangan

Dari perjalanan melelahkan itu, rasa puas mungkin tidak banyak kami dapatkan, tapi setidaknya ada pengalaman berkesan dan cerita perjalanan yang semoga bisa terus kami abadikan.

Penasaran ingin ke sini? Yuk, klik.

Atau, kalian sudah pernah ke sini dan ingin membagikan cerita yang berbeda?

Klik di sini biar traveler lainnya juga bisa ikutan baca cerita kalian!


Informasi, Lokasi, dan Ulasan Kawasan Wisata Puncak Suroloyo

AlamatDsn. Keceme, Ds. Gerbosari, Kec. Samigaluh, Kab. Kulon Progo, DIY
Jam Buka24/7
Harga Tiket MasukRp5.000/orang
Parkir
Motor: Rp2.000
Mobil: Rp5.000
Kunjungi situs resmi Dinas Pariwisata Kulon Progo untuk mendapatkan info yang lebih lengkap.
Berikut ulasan ringkas saya tentang kawasan wisata Puncak Suroloyo di Google.

  • KONTRIBUTOR TERCINTA
  • Admin
Artikel BerikutnyaSelayang Pandang di Bukit Paralayang

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here