Badan kami kini sudah setengah basah, dan siang sudah mulai beranjak sore.
Perjalanan kami hari ini memang terasa buru-buru, tapi mau bagaimana lagi, kami sudah membayar. Lagi pula, kami juga belum pernah mencobanya.
Beruntung, dari awal kami hanya memilih paket dengan durasi paling singkat, hanya dua destinasi: Gua Pindul dan Sungai Oya.
Susur Setapak, Sebelum Susur Sungai
Dari Gua Pindul, jarak menuju Sungai Oya memang cukup jauh, kami tidak mungkin menempuhnya hanya dengan berjalan kaki. Maka dari itu, para penyedia layanan wisata Gua Pindul ini menyediakan mobil bak (pick up) sebagai sarana transportasinya.
***
Usai mentas dari Gua Pindul, kami menunggu beberapa orang dari rombongan kami yang masih tertinggal di belakang. Sebenarnya lebih karena kami tidak tahu harus naik mobil yang mana, karena pemadunya juga masih di belakang.
Dan ketika semua anggota rombongan sudah lengkap, satu per satu kami menaiki mobil yang telah menunggu, terparkir di dekat gerbang pintu masuk tadi.

Jalan yang kami lalui, karena semakin menuju pelosok, semakin masuk jadi semakin berbatu. Melewati jalan perkampungan kecil, ladang dan kebun, hingga tiba di dekat bibir sungai.
Dari situ kita masih harus berjalan, menyusuri jalan setapak dan menyeberangi satu-dua aliran sungai yang kecil.
Semua anggota rombongan membawa sendiri ban-ban pelampung mereka, meski beberapa sudah dibawakan oleh sang pemandu. Itu pengalaman yang sederhana tapi cukup berkesan.

Tenang dan “Menghanyutkan”
Tak berapa lami, kami berdua sampai juga di titik mulai (starting point) wisata susur sungai (river tubing) di Sungai Oya.
Di sini airnya dangkal dan cukup berbatu, air mulai mengalir lumayan deras dari titik ini.


***
Usai diberi aba-aba, tentu setelah kami naik ke atas ban, sang pemandu melepas dan mendorong kami. Itu menarik, dan apa yang terjadi setelahnya cukup mengasyikkan.
Karena di area ini arusnya lumayan deras, laju ban sering kali tidak dapat kami kendalikan sepenuhnya. Dua-tiga kali, bahkan lebih, kami menabrak bebatuan besar di pinggir dan tengah sungai, membuat ban memantul ke sana kemari.
Namun, justru di situlah serunya.
Nah, selepas mengarungi titik awal tadi, keseruan berakhir. Berganti menjadi suasana yang sungguh-sungguh tenang …
***
Di sepanjang Sungai Oya ini pemandangannya masih hijau dan asri. Rimbun.
Di kiri-kanan yang ada hanya pepohonan rindang, tumbuh di tepi tebing setinggi 2—3 meter yang menjadi dinding untuk Sungai Oya. Aliran air sungai juga tenang, bahkan cenderung lambat. Tak jarang kami harus mendayung atau bahkan iseng nyebur dan mendorong sendiri ban kami.
Namun, hati-hati, kalau tidak pandai berenang, sebaiknya jangan melepas pelampung. Kedalaman sungai bisa mencapai sekitar tiga meter—dan bisa jadi lebih dari itu.

Karena mungkin memang aliran sungai sedang lambat-lambatnya, bisa jadi kalian masih belum sampai di titik akhir susur sungai ini, meski sudah membaca satu bab buku. Memang cukup lama, tenang dan menghanyutkan.
Saat menyusuri sungai ini, waktu itu kami menghabiskan waktu kurang lebih satu jam, dengan jarak, yang saya baca di Google, sekira dua kilometer.
Membosankan?
Tidak juga, asalkan kalian ke sini bersama rombongan teman atau keluarga. Atau jika kalian kebetulan hanya berdua, seperti kami, kalian bisa mendapatkan banyak waktu untuk mengambil gambar pemandangan, balapan mendayung, atau sekadar tiduran di atas ban sembari menatap langit.
Oh, ya, ada juga air terjun kecil di sungai ini. Misal kalian ingin mampir sebentar lalu lompat dari atas air terjun, bisa. Nikmati saja.

Akhir Kunjungan dan Pelayanan yang Memuaskan
Habis bermain di air biasanya orang-orang tak akan jauh dari kata lapar. Badan mulai menggigil, dan secara spontan akan mencari “penghangat”.
***
Seolah sudah paham betul keinginan para pengunjung, persis di titik akhir susur Sungai Oya ini sudah tersedia sebuah warung gorengan yang cukup besar. Letaknya berada di dekat jembatan yang melintang di atas Sungai Oya—titik akhir kita.
Hebatnya, sekali lagi, seolah benar-benar paham, si ibu pemilik warung langsung refleks memanggil, begitu melihat kami mentas dari sungai, “Mampir dulu, mas. Dingin. Boleh ngebon (utang).”
Si ibu seperti tahu saja kalau kami, dan juga rombongan lainnya, mayoritas tidak akan membawa uang apalagi dompet di sakunya saat sedang susur sungai, jadi memang sengaja dipersiapkan untuk ngebon.
Tapi jangan salah, urusan ngebon ini hanya berlaku di area wisata.
Iya, si ibu pemilik warung ini bekerja sama dengan penyedia layanan wisata setempat. Jadi, selesai makan-minum, kita tetap harus ke kasir untuk mengambil bon (nota), baru setelahnya kita bawa dan kita bayar nanti ketika sudah tiba kembali di base (saya di Kedunggupit Adventure).
***
Akhirnya, perjalanan ditutup dengan memuaskan.
Semua rombongan (waktu itu ada tiga atau empat rombongan) diantar kembali menuju base masing-masing menggunakan mobil bak, meski harus menunggu cukup lama karena menunggu beberapa anggota rombongan yang masih di sungai dan, tentu saja, setelahnya hampir pasti akan mampir dulu juga ke warung.
Namun, terlepas dari itu, ini benar-benar pengalaman baru bagi kami—dan semoga kalian juga akan segera menyusul.
…
Kalian punya cerita menarik dan berbeda di sini?
Katanya, kalau sedang musim kering, Sungai Oya ini biasa menjadi arena off-road, lho.
Benarkah?
Klik di sini biar traveler lainnya juga bisa ikut baca cerita kalian!
Informasi, Lokasi, dan Ulasan Wisata Gua Pindul dan Sungai Oya
Alamat | Dsn. Gelaran, Ds. Bejiharjo, Kec. Karangmojo, Kab. Gunungkidul, DIY |
Jam Buka | Senin—Minggu: 07.00—16.30 |
Harga Tiket Masuk | Rp15.000 |
Parkir | Motor: Rp3.000 |
Mobil: Rp5.000/6.000 | |
Wahana | |
– Gua Pindul | Rp40.000 |
– River Tubing Sungai Oya | Rp60.000 |
– Gua Kristal | Rp30.000 |
– Gua Gelatik | Rp35.000 |
– Gua Tanding | Rp150.000 |
– Gua Sriti | Rp35.000 |
– Wisata Offroad | Rp450.000 |
– Outbond | Rp50.000 |
Bila kalian membutuhkan acuan harga untuk perbandingan, kalian bisa mengeceknya langsung di beberapa penyedia layanan wisata berikut: Goa Pindul Trip | Wisata Goa Pindul | Wisata Goa Pindul Jogja
Ini beberapa ulasan saya di Google tentang Kedunggupit Adventure, Gua Pindul, dan Sungai Oya.